The Story Of Adam Khoo
Dinukil dari Buku : Semut Mengalahkan Gajah, Pengarang Amir Faisal, Penerbit Quantum Gramedia Group
Saat berumur 13 tahun Adam Khoo termasuk anak yang tidak pandai. Peringkat akademiknya hanya memungkinkan bisa memasuki ke sekolah menengah papan bawah di negerinya. Jauh sebelumnya, pada umur delapan tahun, pernah dikeluarkan dari sekolah dasarkarena berperilaku buruk, hasil akademiknya juga jelek tidak dapat membantu. Kemudian lulus Sekolah Dasar dengan nilai yang sangat jelek yang membuatnya ditolak oleh enam sekolah menengah yang coba dipilih orangtuanya. Akhirnya dia masuk di sekolah negeri yang disebut Ping Yi. Secara akademik dia masih sangat lemah. Dia hanya lulus dalam empat dari delapan mata pelajaran, dan menempati rangking terendah di sekolah tersebut, “saya tidak hanya lemah secara akademik, tetapi juga lemah secara fisik dan mental. Saya memilki hubungan social yang jelek, pembosan, berbeda, dan selanjutnya saya menjadi siswa bermasalah. Saya mengikuti gerakan pramuka, namun dalam enam bulan dikeluarkan juga karena saya tidak mampu mengikuti ujian standar pramuka, ujian paling dasar yang dibutuhkan untuk dapat disebut pramuka”, demikian tutur Adam Khoo.
Seperti remaja bermaslah pada umumnya, dia tergila-gila dengan permainan-permainan elektronik dan acara-acara TV yang konyol. Dapat dikatakan dia hanya berputar-putar dalam kehidupan yang tanpa harapan, hany duduk-nekan tombol dan tuas, dengan mata melotot ke layar monitor, hingga akhirnya ia mengikuti program NLP (Neuro-linguistic Programming), sebuah teknik berpikir yang mengajarkan kepada Anda bagaimana menggunakan bahasa pikiran untuk memprogram dan memrogram ulang system syaraf agar secara konsisten memperoleh hasil yang diinginkan. NLP pertama kali dikembangkan oleh Dr. Richard Bandler & Dr. John Grinder pada tahun 1970-an. Rupanya itulah yang menjadi titik balik kehidupannya, seperti pengalaman bersejarah yang diperolehnya semenjak ia mengikuti program itu, yaitu sebagai berikut :
“Apa yang saya pelajari dari mentor-mentor saya memberi inspirasi, merangsang, dan menantang saya. Saya memutuskan untuk mengadopsi keyakinan baru bahwa, jika sesuatu itu mungkin bagi orang lain, maka akan mungkin pula bagi saya. Ini hanya masalah strategi. Saya mulai mengujinya. Saya menentukan tiga tujuan yang tadinya tidak mungkin pada waktu itu. Tujuan pertama saya adalah menjadi anak terpandai di sekolah dalam setahun. Tujuan kedua adalah mengikuti ujian sebaik mungkin, sehingga dapat masuk junior collage terkenal di Singapura (diperuntukkan bagi hanya 5% siswa terbaik dari seluruh negeri). Tujuan ketiga saya adalah dapat memasuki National University of Singapore dengan peringkat tinggi. Anda dapat membayangkan ambisi tersebut, yang dating dari seorang anak yang mungkin berada di tempat paling bawah, mendekati 20% murid terbawah di seluruh negeri. Sebuah fantasi yang gila-gilaan.
Selama setahun saya mendapat 7 nilai A dan masuk sepuluh besar disekolah. Dalam tiga tahun, saya menjadi yang terbaik di sekolah saya, dan menjadi siswa pertama dan satu-satunya dari sekolah saya serta diterima di junior collage nomor satu di Singapura tahun itu, Victoria Junior Collage. Kemudian saya berhasil memasuki National University of Singapore (menerima hanya 10% siswa terbaik di Singapura) dan dalam setahun masuk dalam satu persen mahasiswa dengan prestasi akademik terbaik di universitas tersebut. Dalam enam tahun, saya menemukan diri saya sebagai salah satu dari satu persen mahasiswa terbaik di seluruh negeri.
Tantangan saya berikutnya adalah menciptakan kesuksesan di luar kelas. Tujuan karier utama saya adalah menjadi jutawan pada usia 26 tahun, membangun bisnis jutaan dollar, dan menjadi salah satu pembicara terbaik di Asia. Maka, sekali lagi saya mendedikasikan semua waktu dan energi saya untuk belajar dan membuat model pembicara-pembicara dan pengusaha-pengusaha terbaik di seluruh dunia.
Saya membaca empat ratus buku. Saya membaca biografi orang-orang yang telah membuat dirinya sendiri menjadi jutawan dan penemu. Saya membaca buku-buku tentang peningkatan kesejahteraan, psikologi, bahasa dan pengembangan kepribadian. Saya memulai bisnis pertama saya pada umur 15 tahun, dan bisnis kedua (pelatihan dan konsulting) pada umur 21 tahun, dan memasuki bisnis property dan investasi pada umur 22 tahun.
Sambil belajar keras untuk mengikuti ujian, saya menggunakan waktu luang saya untuk membuat perjanjian, menjalankan bisnis, dan menjadi pembicara di setiap kesempatan. Dalam waktu dua tahun setelah lulus universitas, pada umur 26 tahun, saya telah berhasil mengumpulkan kekayaan sebesar lebih dari $1,2 juta, mengelola dua bisnis yang sukses, dan memiliki honor sebagai pembicara sebesar $2000 per jam.
Saya telah berbicara di hadapan lebih 50.000 guru, mahasiswa, professional, manajer, dan CEO di bidang belajar cepat dan keunggulan kepribadian. Demikian tutur Adam Khoo.
The Story Of Hellen Keller
Hellen Keller, Perempuan Tuli dan Buta, Lulus Kumlaude di “Harvard” University dan Jadi Penulis best seller Dunia
Anda mungkin pernah mendengar seseorang yang buta, bisu dan tuli, mampu kuliah hingga sarjana, menguasai tiga bahasa, menjadi penulis best seller dunia serta pernah bertemu dengan tokoh-tokoh dunia seperti Rockefeller, Mark Twain, Ratu Inggris, Ratu Yunani, Kaisar Jepang, Albert Einstein dan Winston Churchill. Ikutilah kisahnya berikut ini :
Anak-anak sekolah di Amerika, umumnya pernah mendengar kisah dramatik Hellen Keller, baik melalui pertunjukan drama maupun buku-buku cerita yang dibacakan oleh para Guru ataupun para Ibu menjelang tidur. Hellen lahir dalam keadaan normal, bahkan dapat dibilang sangat cerdas, karena saat usia 6 bulan sudah bisa mengucapkan “halo” pada orang yang mendekatinya. Namun malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, ketika berusia 18 bulan terserang demam skarlatina. Sesudah itu terjadi perubahan drastic pada kemampuan inderanya. Dia tidak memberikan respons sama sekali atas cahaya dan bentuk. Kemudian, belakangan juga diketahui bahwa ia juga telah kehilangan pendengarannya, akibatnya ia juga akan kehilangan kemampuan bicaranya.
Helen tidak mampu mendengar perkataan orang tuanya, baik dengan suara lembut maupun keras, hingga seakan-akan ia telah berubah menjadi liar. Karena ia tidak bisa melampiaskan rasa frustasinya, maka ia lampiaskan perasaannya itu lewat pukulan dan serangan yang terkendali, jika tak mendapatkan apa yang diinginkan. Hal itu mungkin menjadi-menjadi. Karena orang tuanya merasa putus asa untuk mendisiplinkannya, tidak ada alternative lain, kecuali memasukkannya ke Rumah Sakit Jiwa. Hingga usia 5 tahun Ia tidak mendapatkan kemajuan yang berarti, karena hanya mampu menguasai 6 bahasa isyarat, antara lain, “Ibu” “Ayah” “Roti” dan lain-lain. Selebihnya Ia sama sekali tidak menunjukkan gejala gangguan mental. Ibunya mendatangi seorang ahli bernama Graham Bell, akhirnya Bell mengirim seorang Guru Privat yang bernama Annie.
Belum ada satu minggu Annie mengajar Privat, telah kehilangan dua buah gigi depannya karena pukulan Helen. Tetapi tidak putus asa. Annie melihat pada diri Helen sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Ia mendidik dengan disiplin yang keras dan menolak memaklumi sikap buruknya. Ia mulai mengajari bahasa isyarat, kombinasi huruf, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan dasar. Pada dasarnya Helen sangat lapar simulasi mental, belajar dengan cepat sambil bermain serta mengingat kombinasi huruf. Helen tidak menyadari kalau kombinasi itu mampu menciptakan kata. Kemudian kata-kata itu mempunyai arti yang berhubungan dengan obyek atau ide. Itu mirip dengan permainan Batu-Kertas-Gunting. Ketika Annie memegang tangan Helen di bawah air yang mengalir sambil mengejakan kata “water” berkali-kali Helen mengenali bahwa kata itu berkenaan dengan benda yang saat sebelum ia kehilangan inderanya adalah bendsa yang dikenalnya sebagai sesuatu yang basah, dingin, bisa memancar dengan indah dan sebagainya.
Helen menemukan sebuah pencerahan, bahwa bahasa adalah satu-satunya pelita yang dapat menuntunnya keluar dari kegelapan dan isolasi kebisuannya selama ini. Maka ia mulai bangkit semangatnya untuk mempelajari kata sebanyak-banyaknya. Dalam satu hari Ia bisa mengenali 30 kata. Dalam seminggu 300 kata. Kemajuannya menjadi semakin cepat, sehingga berita itu tersebar luas ke seluruh pelosok negeri. Beberapa tokoh dunia tertarik untuk berjumpa dengannya. Antara lain Mark Twain, John D Rockefeller, Andrey Carnegie, Ratu Inggris dan Ratu Yunani. Helen dielu-elukan dimana-mana, karena pencapainnya yang luar biasa itu. Graham Bell berkomentar, “Pencapaian yang diraih Helen sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pendidikan untuk tuna rungu ?!”. Suatu hari dalam biografinya Ia mengatakan, “Saya merasa bersyukur kepada Tuhan atas ketidak sempurnaan yang menimpa diri saya, karena melalui hal itu saya telah menemukan diri, pekerjaan dan Tuhan saya”.
Annie mulai menyadari, bahwa Helen memerlukan pendidikan yang lebih dari yang bisa diberikannya. Mereka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Perkins School for the Blind, dimana dulu Annie bersekolah. Di tempat ini Helen mendapat pelajaran bahasa Prancis, Yunani dan Bahasa latin. Ketika tumbuh impian untuk bisa merasakan kuliah di Perguruan Tinggi, maka Ia semakin bersemangat belajar dan berjuang untuk dapat bersekolah di Cambridge agar setelah lulus dapat melanjutkan kuliah di Radcliffe University, kampus yang masih terkait dengan Harvard university. Annie tetap setia mendampinginya.
Namun saat sekolah di Cambridge sempat terjadi perbedaan pendapat antara Annie selaku pengasuhnya dengan pihak Kepala Sekolah. Pak Kasek beranggapan Annie telah mengekspolitasi Helen. Pihak sekolah bahkan berusaha menjauhkan antara Helen dengan Annie. Ibu Keller segera turun tangan melihat kejadian ini. Helen ditarik dari Cambridge dan diajari secara privat seperti dulu. Helen sangat terpukul dan merasa kecewa. Tetapi Ia tidak patah semangat. Ia tetap bersikeras untuk kuliah di Radcliffe yang masih serumpun dengan Harvard itu. Bahkan ketika dua perguruan Tinggi ternama di dunia, Cornell University dan University of Chicago menawarinya bea siswa, Ia serta merta menolaknya. Ia lebih suka mempersiapkan diri untuk mengikuti test masuk ke Radcliffe. Akhirnya pada tahun 1900, Ia diterima di Perguruan Tinggi impiannya itu dan kuliah hingga lulus dengan nilai kumlaude.
Kisah hidupnya Ia tulis dalam buku biografinya yang berjudul, “The story of My Life”, buku itu mendapat banyak pujian dan menjadi best seller dunia. Dalam bukunya antara lain Ia mengatakan, “Hidup adalah sebuah petualangan yang gagah berani, atau tidak sama sekali !”. Ia tidak pernah merasa dirinya cacat. Ia belajar berenang, naik sepeda, mengendarai sepeda dan ikut kegiatan perkemahan. Bahkan ia terjun ke dunia politik untuk membela hak-hak kaum perempuan yang saat itu selalu dalam posisi yang dikalahkan. Mengumpulkan dana bagi American Foundation for the Blind. Pengumpulan dana ini tidak tanggung-tanggung, karena tokoh yang Ia datangi dan mintai dana ini antara lain adalah Presiden Amerika, Kaisar Jepang dan Albert Einstein.
Annie telah mulai merasakan bahwa Helen tidak memerlukan dirinya lagi untuk mengembangkan sejumlah bakatnya yang dahsyat itu, disamping Ia sendiri sudah semakin lemah dan tua. Annie meninggal pada tahun 1946. Sebagai penghormatan kepada guru yang sekaligus sahabatnya itu, Ia tulis sebuah biografi untuknya yang berjudul, “Teacher : Annie Sullivan Macy”. Namun buku yang hampir selesai penulisannya itu hangus terbakar. Hellen sang perempuan yang tak kenal kata menyerah itu mengatakan, “untuk menghormati jasa sahabat saya yang sangat gigih itu, Saya akan menuliskan lagi dari awal”. Akhirnya buku itu selesai ditulisnya dan memakan waktu hampir 9 tahun, kemudian diterbitkan pada tahun 1955, dan juga menjadi bestseller. (Kisah disunting dari 30 Succes Story, 2008).
No comments:
Post a Comment